Kegiatan ekonomi alternative di masyarakat daerah sekitar taman nasional diharapkan mampu meningkatkan ekonomi atau pendapatan masyarakat. Pengembangan wisata di desa penyangga way kambas merupakan salah satu upaya untuk menjembatani kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan tentram, serta mampu mengangkat perekonomian masyarakat pedesaan melalui kegiatan turunannya. Konsep desa wisata ini direncanakan secara matang, dengan terlebih dahulu dilakukan survey potensi di 22 desa penyangga, terkait dengan potensi sosiol ekonomi, budaya dan sumberdaya alam di masing-masing desa. Kegiatan desa wisata ini dilakukan dengan mengangkat nilai kearifan lokal masyarakat, yang digabungkan dengan potensi sumberdaya alam, sehingga menghasilkan rangkaian kegiatan yang dapat menarik minat masyarakat perkotaan.
Berbicara tentang Way Kambas, tentu tidak lepas dari kegiatan wisata. Saat ini, hanya PKG (Pusat Konservasi Gajah) yang mampu menjadi andalan untuk destinasi wisata masyarakat lokal. Disinilah peran dari desa wisata, yang salah satunya menjadi destinasi satelit bagi para wisatawan local untuk berkunjung ke Way Kambas.
Desa Braja Harjosari merupakan salah satu desa penyangga yang masih memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi dan potensi yang besar, baik dari segi landscape maupun hasil buminya. Letaknya dengan Taman Nasional Way Kambas hanya dipisahkan oleh sungai Kuala Penet. Tingginya keanekaragaman hayati di daerah peralihan membuat lokasi ini menjadi lebih special. Burung-burung air seperti kuntul, blekok, trinil, dan cangak ungu, dapat terlihat dengan mudah dibentangan sungai kuala penet. Pesona atraksi dari burung pemangsa seperti elang dan raja udang, memberikan atraksi alam yang menakjubkan. Jika beruntung kita dapat melihat langsung rombongan gajah liar yang jumlahnya dapat mencapai 50 ekor, sedang mencari makan di rawa-rawa perbatasan Taman Nasional Way Kambas.
Intensifikasi lahan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat desa ini membuat hasil buminya melimpah dan memberikan warna tersendiri. Masyarakat yang sejak awal mempunya iinisiatif dan inovasi tinggi untuk menggali potensi dan pengembangan hasil pertanian menjadi salah satu potensi wisata yang paling menarik. Para petani menggunakan beberapa model budidaya pertanian, seperti budidaya secara konvensional (pengolahan lahan menggunakan kerbau atau mesin bajak dan penggunaan pupuk kimia untuk pemeliharaan tanaman) dan budidaya semi organic. Beberapa hasil pertanian yang telah dilakukan ialah beras organik, sayuran dan buah buahan.
Kelompok tani di desa ini telah menghasilkan hingga 3 ton beras organik siap jual. Musim buah yang tidak pernah putus silih berganti memenuhi kebutuhan warganya sendiri maupun kebutuhan pasar. Masyarakat masih mengandalkan kalender musim dan penanggalan jawa untuk menentukan waktu bercocok tanam yang baik. Sebuah kearifan lokal yang mungkin sudah banyak ditinggalkan oleh para petani.
Kebun jambu kristal menjadi salah satu primadona objek wisata perkebunan di desa Braja Harjosari, yang membuat berbeda dari desa penyangga lainnya. Lokasi perkebunan jambu kristal saat ini menjadi salah satu kunjungan wisata bagi masyarakat local maupun mancanegara. Banyak orang sangat menikmati kunjungan ke lokasi ini karena harganya yang murah, namun mampu memberikan pengalaman berwisata yang berbeda. Ketika berkunjung ke kebun jambu ini, pengunjung dipersilahkan untuk memetik sendiri, sekaligus membawa pulang ½ Kg jambu yang sudah termasuk ke dalam tiket yang ditawarkan. Sebelum memetik jambu, pengunjung akan diberikan informasi mengenai ciri-ciri jambu yang sudah siap petik, sehingga pengunjung tidak akan salah petik jambu yang busuk atau masih terlalu muda. Sambil menunggu proses timbang jambu yang akan dibawa pulang, pengunjung akan ditawarkan minuman kelapa muda sebagai pelepas dahaga.
Selama hampir tiga tahun berjalan program Alert / TFCA-Sumatera, tim Komponen 4 (Jurusan Biologi FMIPA UNILA) telah membekali desa ini dengan beberapa kegiatan pelatihan. Rangkaian pelatihan diberikan sebagai penunjang kegiatan wisata yang dikembangkan di desa ini, serta penguatan potensi yang sudah ada. Pelatihan perbanyakan tanaman dengan teknik okulasi dan stek dimaksudkan agar masyarakat dapat menghasilkan bibit tanaman dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dengan kualitas dan memberikan hasil produksi tinggi.
Pelatihan pengemasan produk lokal, bertujuan untuk meningkatkan harga jual dari produk lokal yang dihasilkan masyarakat seperti ikan asap, ikan nila dan seluang kering, ikan sepat, seluang krispi, krupuk uli, kerajinan tangan dan hasil pertanian (beras organik dan minuman serbuk instan). Fasilitas akomodasi pun tersedia dalam bentuk homestay. Sebelumnya masyarakat diberikan pengetahuan dasar mengenai pelayanan dan standar sederhana dari homestay.
Wisatawan yang akan bermalam di desa, juga dapat merasakan pengalaman tinggal seperti di Bali karena di desa terdapat dusun gunung Agung yang masyarakatnya berasal dari Bali tetapi sudah lama menetap di desa Braja Harjosari. Suguhan seni tari tradisional Bali menjadi andalan utama dalam menyambut dan memberikan hiburan bagi tamu yang berkunjung. Raungan music tradisional Bali yang megah dan terasa otentik, benar-benar akan memberikan pengalaman yang mirip dengan aslinya.
Rangkaian kegiatan pengembangan wisata di desa penyangga ini diharapkan akan membuka masyarakat luas akan tingginya potensi wisata yang dimiliki oleh desa penyangga Taman Nasional Way Kambas. Tidak hanya dari heterogenitas masyaraktanya, tidak juga dari diversifikasi pangan dan hasil buminya, namun karena masih tingginya nilai luhur dan kearifan lokal yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tentang kebersahajaan dalam hidup, dan mengenal rasa syukur melalui kesederhanaan. Mutiara itu telah terangkat ke permukaan, dipoles dengan sedemikian rupa, dan perlahan memunculkan kilau indahnya Braja Harjosari.
Ditulis Oleh : Rhama – Alert