Perjalanan Panjang Peningkatan Populasi 25 Satwa Prioritas

Photo By : ERU TNWK

Awal sebuah perjalanan dalam rangka peningkatan populasi 25 satwa prioritas didasari Keputusan Dirjen KSDA 180/2015 yang menetapkan “Dua puluh lima satwa terancam punah prioritas untuk ditingkatkan populasinya sebesar 10% pada tahun 2015-2019”.

Akan tetapi masih perlu penyempurnaan mendasar tentang pemahaman yang perlu disamakan untuk pencapaian tersebut, karena berbagai aspek yang mempengaruhi yaitu:
1. Aspek Metode standar (seragam)
2. Aspek base line data
3. Aspek pengertian kenaikkan populasi
4. Aspek penetapan site
5. Aspek konsep pemantauan

Dalam hal ini perlu melibatkan banyak para pihak pemangku dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, badan penelitian dan pengembangan, Profesional, Pemerhati lingkungan untuk perumusan aspek yang mendukung peningkatan populasi 25 satwa prioritas.
Ada beberapa kendala yang dijumpai atau dialami dalam metode pemantauan/monitoring 25 satwa prioritas, seperti :
1. Penyu, ancaman selama di laut menjadi faktor yang tidak akan dapat dikontrol, dan sesuai kewenangan lembaga, pemantauan hanya pada dewasa betina “yang sukses” mendarat serta jumlah tukik menetas
2. Burung, khusus wilayah Papua dan Papua Barat akan menjadi kendala mengingat luasnya wilayah per site, topografi, jenis satwa yang dimonitor dan ketersediaan data awal yang belum lengkap,
3. Karnivora dan gajah, disebabkan sifat jelajahnya yang luas.

Dengan begitu perlu capaian penyempurnaan dalam metode ini menggunakan pola suatu pendekatan dengan memadukan sifat biologi satwa, metode yang reliable, lokasi yang feasible dan kompromi harapan dari target yang ingin dicapai.

Apa sajakah ke 25 satwa prioritas yang perlu ditingkatkan populasinya?
Dibagi ke dalam 3 kelompok besar satwa yaitu :

A. Kelompok mamalia yang terdiri dari :

1. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
2. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis)
3. Badak (Rhinoceros sondaicus dan Dicherorhinus sumatrensis)
4. Banteng (Bos javanicus)
5. Babi Rusa (Babyrousa babirussa)
6. Anoa (Bubalus quarlesi dan Bubalus depressicornis)
7. Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
8. Rusa Bawean (Axis kuhlii)
9. Kanguru pohon (Dendrolagus mbaiso)
10. Owa (Hylobates moloch, Hylobates klasii dan Hylobates agilis)
11. Orangutan (Pongo pygmaeus dan Pongo abelii)
12. Bekantan (Nasalis larvatus)
13. Surili (Presbytis fredericae dan Presbytis comata)
14. Tarsius (Tarsius fuscus)
15. Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra dan Macaca maura)

B. Kelompok Aves (burung) yang terdiri dari :
1.Jalak/Curik Bali (Leucopsar rothschildi)
2.Maleo (Macrocephalon maleo)
3.Elang (Nisaetus bartelsi dan Nisaetus floris)
4.Kakatua (Cacatua sulphurea, Cacatua mollucensis, Cacatua alba dan Cacatua galerita triton)
5 Cendrawasih (Macgregoria pulchra, Paradisaea raggiana, Paradisaea apada, Cicinnurus regius, Seleucidis melanoleuca dan Paradisaea rubra)
6.Julang Sumba (Rhyticeros everetii)
7.Nuri Kepala Hitam (Lorius domicella dan Lorius lorry)
8.Celepuk Rinjani (Otus jalanodea)

Photo by : Riri F.A

C. Kelompok Reptil dan lainnya yang terdiri dari :

1.Komodo (Varanus komodoensis)
2. Penyu (Chelonia mydas dan Eretmochelys imbricata)

Mengapa melakukan pemantauan/monitoring?
Kemungkinannya sangat kecil untuk memiliki aktivitas efektif yang dapat membalikkan kepunahan biodiversitas, jika biodiversitas tidak diukur secara akurat dan laju perubahannya dalam ruang dan waktu tidak dikuantifikasi secara terpercaya (Buckland et al., 2005)

Bagaimana pemantauan/monitoring dilakukan?

Program pemantauan harus dirancang untuk mendeteksi perubahan pada metrik populasi spesies. Pemantauan dapat didefiniskan sebagai upaya untuk mengestimasi kelimpahan absolut atau relatif (misalnya okupansi) untuk menarik kesimpulan tentang variasi populasi dalam ruang dan waktu (Nichols & Karanth, 2012).

Focus pemantauan dalam rangka pengumpulan data satwa prioritas harus mengandung beberapa unsur yang dapat menyempurnankan atau mendapatkan data lengkap sebagai sumber data yang valid untuk informasi peningkatan populasi 25 satwa priotitas yaitu taksonomi satwa, status konservasi di daerah/ di site monitoring/pemantauan, distribusi atau penyebaran satwa, populasi satwa, ancaman terhadap peningkatan populasi satwa dan Peta sebaran yang memudahkan untuk keberlanjutan monitoring/pemantaun.

Skenario yang perlu diperhatikan atau disusun untuk peningkatan populasi 25 satwa prioritas sehingga upaya peningkatan populasi tercapai dengan baik. Situs prioritas adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam scenario peningkatan populasi yang menyangkut tentang site/wilayah yang ditetapkan sebagai areal monitoring/pemantauan serta satwa nya sendiri sehingga focus dalam mendapatkan informasi populasi. Detail teknik, alat, cara koleksi, tabulasi data dan analisa sederhana sebagai langkah kegiatan monitoring yang merupakan scenario penting untuk pengambilan dan pengolahan data populasi satwa.

Rujukan dalam kegiatan pemantauan atau monitoring peningkatan populasi perlu dipastikan sehingga mendapatkan data yang akuntabel dan akurat. Site/ wilayah monitoring/pemantauan species satwa sudah ditetapkan sehingga mendapatkan base line data dengan satuan unit yang baik. Metode monitoring/pemantauan distandarkan agar data yang didapat sama sesuai metode, sehingga perlu diawasi oleh masing-masing pendamping dalam hal ini pemangku kegiatan Untuk pelaporan yang diinginkan Dirjen KSDA yang sekarang menjadi Dirjen KSDAE selama kurun waktu 2015 – 2019 yaitu capaian kenaikan populasi di akhir tahun 2019. Laporan kinerja antar tahun anggaran adalah aktivitas yang mendukung ke arah target pencapaian kenaikan populasi, selain hasil monitoring pada tahun berjalan dan aktivitas hendaknya melihat pada aspek prioritas site dan prioritas aktivitas sesuai dengan karakteristik site.

Ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi populasi sehingga dinamika populasi sering berubah ubah, secara sederhana dinamika populasi dipengaruhi oleh :
1.Jumlah individu dalam populasi yang telah ada
-Lag-phase  potensi berkembang biak kearah menaik
-Log-phase  proses pertambahan individu yang sangat tinggi
-Stationary phase  perkembangan populais stagnan
2.Imbangan kelamin karena unsur
-Jumlah pasti jantan: betina  potensi dasar pertambahan individu
-Umur produktif ke dua kelamin  potensi utama pertambahan individu
3.Sifat Reproduksi
-Banyak/sedikit anak per kelahiran umur hidup indukan panjang vs. banyak/sedikit anak perkelahiran, umur hidup indukan pendek
-Lama kebuntingan lebih dari 6 bulan bunting satu tahun TIDAK akan 2 kali kelahiran
-Lama perawatan/penyusuan lebih dari 3 bulan perawatan, kebuntingan akan per 15 bulan  interval kelahiran 6 thn pada Orangutan
4.Daya tampung area  Terasa padat populasi, tidak akan melakukan reproduksi
5.Proses keluar masuk individu karena migrasi.

Aktivitas atau langkah langkah yang harus dilakukan untuk pencapaian peningkatan populasi per jenis satwa prioritas yaitu: pembinaan populasi dalam rangka tercapainya target peningkatan populasi atau setidaknya stabilitas populasi, penanggulangan konflik untuk upaya terkendalinya konflik yang berhubungan dengan pencapaian target peningkatan populasi, perlindungan dan pengamanan sebagai langkah terkendalinya kawasan dari berbagai bentuk gangguan dalam rangka penyediaan habitat sebagai kawasan peningkatan populasi.

Aktivitas lainnya adalah perlunya penyadartahuan masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat sekitar kawasan akan peran kawasan perlindungan dan fungsi jenis satwa, rehabilitasi dan pelepasliaran satwa untuk meningkatkan peran kawasan sebagai habitat rehabilitasi dan pelepasliaran dalam menunjang peningkat populasi satwa, dan pengelolaan dan pengembangan pangkalan data wujud terbangunnya pangkalan data populasi yang terintegrasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

Sebagai akhir sebuah perjalanan panjang peningkatan populasi 25 satwa prioritas tentu harapannya yaitu kenaikan suatu populasi sehingga satwa tersebut keberadaannya selalu ada dan terjaga dengan baik disuatu kawasan yang memang terlindungi dan aman serta nyaman sebagai tempat berkembang biak dan berinteraksi sesuai hukum alam. Ada suatu perhitungan tentang kenaikan populasi yang diharapkan diakhir tahun ke 5 pada tahun 2019 yaitu peresentase perubahan secara relatif tentang penambahan individu saat monitoring dilakukan (anak, lepas sapih dan dewasa) sesuai dengan species satwa.

Pelepasliaran dari penangkaran atau translokasi tidak dihitung sebagai kenaikan populasi. Intensitas pemantauan dilakukan minimal 4 kali selama 5 tahun masa pemantauan atau monitoring untuk mendapatkan data yang valid secara relatif terwakili. Waktu pemantauan atau monitoring adanya keterwakilan satuan waktu sesuai dengan khasnya setiap jenis satwa (contoh musim basah vs kering, siang vs malam, musim berbuah vs tidak berbuah, terkecuali penyu pada musim mendarat untuk bertelur).

Semoga akhir perjalanan ini mendapatkan suatu peningkatan populasi 25 satwa prioritas sebagai langkah perlindungan dan pengawetan biodiversitas di Indonesia. Salam konservasi (sumber : Gono Semiadi LIPI Indonesia dalam kegiatan Bimtek peningkatan populasi 25 satwa prioritas, Direktorat KKH KemenLHK tahun 2017)
Oleh: Nandri Yulianto, SP. (Koordinator PEH Balai TN Way Kambas)

author
BALAI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Jln. Raya Labuhan Ratu, Kecamatan Labuan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi LAMPUNG Telp/Fax :(0725) 764 6010
No Response

Leave a reply "Perjalanan Panjang Peningkatan Populasi 25 Satwa Prioritas"